Jumat, 17 Maret 2017

How's the beginning and how's the happy ending

Semua berawal dari kata jodoh. Jodoh itu tidak ditunggu, tidak dinantikan, tidak hanya dimimpikan, dan tidak hanya dibayangkan. Jodoh itu dicari, berusaha menemukan, berupaya, dan berdoa mendapatkan yang terbaik di waktu yang terbaik.
Sampai dengan dipertemukannya dengan pasangan calon pengantin sebelum berjalannya suatu acara pernikahan pun, mungkin ada yang belum bisa dikatakan berjodoh. Karena pasangan calon pengantin juga bisa berlari ke pundak orang lain sebelum sebuah kalimat suci dalam ijab qabul dilayangkan.
Resepsi pernikahan hanya penyedap, ijab qabul saja pun sudah lengkap. Baik atau tidaknya sebuah bahtera rumah tangga tidak dilihat dari sebuah acara pernikahan. Acara boleh megah, tapi jika rumah tangga tak mendapat berkah, mengapa harus menikah dibalut dengan hal mewah?
Pernikahan tidak melulu soal 'the big party'. Menikah tak melulu soal 'aku dan kamu'
Pernikahan adalah ibadah, bukan foya-foya dalam pesta. Pernikahan itu sakral karena ada Tuhan di dalamnya. Pernikahan itu pintu menuju tahapan kehidupan yang indah bersama. Menikah adalah penyatuan sepasang insan manusia untuk beribadah, membangun segala kebaikan bahtera rumah tangga, saling mengembangkan diri dan memperbaiki, serta memperoleh amanah membimbing insan kecil menuju kebaikan yang hakiki. Menikah bukan hanya dimiliki sepasang insan yang saling cinta, namun juga dimiliki dan dirasakan kebahagiaannya oleh keluarga besar. Meskipun puluhan bahkan ratusan keluarga besar dengan karakter yang berragam memiliki visi dan misi yang sama, belum tentu mereka mempunyai cara yang sama, mudah, cepat, dan penuh makna. Menikah bukan tentang rentang waktu sehari atau 3 jam proses resepsi pernikahan, melainkan merupakan proses kehidupan yang sangat panjang hingga maut memisahkan
Jika menikah itu perkara bersama, sakral, dan menuju ridho Allah, mengapa logika dapat mengalahkan nyawa sebuah pernikahan itu sendiri? Then, how's the ending you want?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar