Jumat, 27 September 2013

Belajar Dari Pelajaran: 'Meremehkan'

Pelajaran: Meremehkan.

Banyak orang yang selalu berpikiran negatif tentang orang lain maupun masa depan. Tapi saya harap masih ada sejumlah orang yang memandang segala sesuatunya dari segi positif tanpa menampik adanya kemungkinan buruk.

Salah satu contoh sikap seseorang yang berpikiran negatif adalah meremehkan orang lain. Meremehkan orang lain memang sangat mudah dilakukan seperti menginjak kecoa di lantai. Tapi ingatlah, apapun alasannya, meremehkan orang lain itu bisa jadi menyakiti hati orang lain. Pasti semua juga tau sejak SD bahwa menyakiti hati orang lain itu tercela. Wajib disadarkan pula bagi orang yang telah meremehkan sesuatu atau seseorang bahwa; pertama, semua hal di dunia ini mengalami tahap proses. Tidak ada bayi umur 1 minggu yang langsung bisa berjalan bukan? Kedua, tidak semua bayi yang lahir di dunia ini diciptakan kaya raya, maksudnya takdir setiap manusia tidak ada yang tau kecuali Allah SWT karena Allah telah menciptakan manusia berbeda-beda satu sama lain, dari segi jenis kelamin, warna kulit, jenis rambut, bahkan nasibnya sekalipun. Ketiga, tolak ukur "sukses" pada setiap orang berbeda-beda. Mungkin saya bisa mengatakan bahwa kekayaan 1 Milyar itu sangat luar biasa, tapi berbeda dengan orang terkaya di Indonesia (berdasarkan http://www.bisnis.com/25-orang-terkaya-indonesia-versi-forbes), yaitu R. Budi Hartono bisa saja menganggap kekayaan sebesar itu hanyalah biasa. Keempat, sudahkah berkaca pada diri sendiri dan tanyakan pada diri sendiri, jika kau diposisikan seperti itu, apakah kau sanggup menjalaninya?

Ada suatu alasan kenapa saya membuat statement seperti yang di atas, yaitu karena sebuah kisah menyakitkan, mengenaskan dan sekaligus berharga ini, telah diungkit-ungkit oleh seseorang yang meremehkannya. Orang itu telah meremehkan mantan pacar alias teman baik saya sejak tahun lalu alias teman biasa sejak beberapa bulan lalu. Ya, teman biasa (baca: bisa jadi musuh. hihi). Orang itu telah meremehkan dia yang menurut saya adalah sosok yang berarti untuk hidup saya. Biarpun statusnya mantan pacar, saya tetap mengaguminya sekaligus sebal. hehehe. Okay, fokus. Meskipun banyak derita, sedih, tangis, haru biru, super kecewa dan ekstra sakit hati, tapi saya tetap harus bersyukur atas apa yang telah terjadi. Berikut alasannya: He was my favorite young entrepreneur and my life-helper. He has a lot of wonderful idea in his mind. He changed my mind with his advice about life. Dan ketika orang itu berpikir buruk tentangnya, jelas dalam hati kecil ini berkata "sungguh ku tak rela".

Orang itu tak tau siapa yang telah menasihati saya tentang hidup sehingga saya dapat meninggalkan jiwa kekanak-kanakan dan menyambut jiwa dewasa saya. It's $ (sebut saja "dollar"). Orang itu telah meremehkan kinerja $ dalam berbisnis padahal orang itu belum pernah menjalani hidup sebagai entrepreneur. Jika demikian keadaannya, wajarkah orang itu meremehkan $??? Orang itu tidak pernah mengobrol dengan $ sehingga akibatnya jelas bahwa orang itu tentu tidak mengenal $ secara mendalam, lalu wajarkah orang itu meremehkan $??
Masih banyak pertanyaan-pertanyaan seperti itu yang harus dimuntahkan pada orang-orang yang suka meremehkan orang lain supaya mereka sadar dan dapat menyikapi sikapnya. Semoga jumlah orang yang berpikir positif (tanpa menampikkan kemungkinan buruk) semakin banyak di dunia ini, sehingga hidup ini tidak terjadi iri, fitnah, su'udzon dan dengki. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar